Kampus Tercinta

Kampus Tercinta
Golden Gate

Rabu, September 14, 2011

Infinitely Mine

When love has came. What can you do for avoiding?


Dalam Sisi Fajar Permata
Hidup ini terasa seperti sudah basi saja. Jika orang lain dapat merasakan kehidupanku selama 22 tahun ini, mungkin di akan cepat-cepat bunuh diri. Bukan karena kesulitan yang sangat berat ataupun cobaan hidup yang datang silih berganti. Tapi, Bosan. Hidupku sangat membosankan. Setiap hari selalu itu yang kuperbuat. Tak ada tantangan, tak ada yang mengisi. Sepi sekali. Saat-saat awal menjai seorang mahasiswa dulu, begitu seru sepertinya menjadi seorang assisten atau lebih terkenal dengan nama asdos. Tetapi, saat mendpatkannya, semua itu terasa hampa sekali. Menghadapi mahasiswa-mahasiswa baru setiap hari di tahun keempatku sebagai mahasiswa di ITB ini merupakan sesuatu yang sangat biasa saja. Seperti kebiasaan mandi setiap hari. Sebenarnya aku tak pernah mau menjadi pasif dan stagnan sampai disini. Dahulu kala, saat masa-masa SMA, aku adalah salah satu siswa yang paling aktif dalam hal berorganisasi. Panitia pensi, try out, pameran, dll.Tapi entahlah, saat memasuki kampus ganesha ini, semuanya berubah dan perubahan itupun merubah kepribadianku juga. Ingin sekali saat lulus nanti aku terjun di dunia Industri. Bekerja pada perusahaan gas dan minyak Internasional, juga menjadi jutawan di usia muda. Tapi kini, untuk bermimpi pun aku tak pernah berani. Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Biarkanlah hidupku mengalir dan berakhir seperti biasa.
"Pagi Kak Fajar...." sapa salah seorang mahasiswi FITB. Memang populeritasku di fakultas ini lumayan baik. Tetapi khususnya aku mengajar di jurusan Geodesi dan Geomatika.

Hari ini pertama kali aku mengajar lagi setelah liburan panjang yang disibukkan oleh penerimaan mahasiswa baru. Beruntung aku tak melamar seagai asdos untuk mahasiswa TPB. Masih kekanak-kanakan mereka itu menurutku. Akhirnya aku kebagian mengajar tingkat dua prodi geodesi geomatika.

Perdana masuk kelas, tak ada yang berbeda kecuali satu. Ada seorang wanita disini. Seorang gadis bejilbab dan berkacamata. Sejuk sekali pandangan dan senyumnya. Memang sebuah keajaiban jika dapat menemukan seorang wanita saja dalam prodi ini, apalagi wanita anggun seperti itu. Dalam sejarah Geodesi Geomatika, jarang sekali ada wanita yang mau masuk ke sini. Bahkan empat tahun terakhir tidak pernah dtemukan lulusan wanita dari prodi ini. Tapi apa benar ia memilih masuk prodi ini? Apa dia tidak salah kelas.? Entahlah. Saat akan kuabsen mereka, lantas kucari segera nama wanita dalam absen tersebut. Hasilnya nihil. Tak ada nama wanita disitu, ia benar-benar salah kelas. Tapia da satu hal lagi yang menarik perhatianku. Ada seorang anak yang memiliki nama yang sangat persis denganku dari mulai nama depan hingga nama belakang. “FAJAR PERMATA”. Aku makin penasaran lagi dengan kelas ini. Setelah ku absen beberapa mahasiswa, sampailah pada nama yang sama sepertiku.

“Fajar Permata” nadaku lumayan lantang menyebutkan itu nama.
“Hadir” jawab salah seorang mahasiswa. Begitu kagetnya aku saat mengetahui bahwa yang menjawab itu adalah seorang wanita. Mahasiswi itu tak salah kelas. Ada apa dengan ini, benar-benar tak biasa. Mahasiswa Geodesi bernama Fajar (sama sepertiku) ternyata adalah seorang gadis berjilbab seperti itu? Surprise yang menarik juga di awal tahun ajaran baru seperti ini.
Setelah selesai kuliah, aku segera melarikan diri ke Salman untuk menyerahkan diriku ke Tuhan. Aku bisa mengadu sepuasnya dengan Allah dan mengeluh apapun yang membuatku tak senang. Memang seperti pekerjaan seorang pengecut sekali, tapi itulah aku kini. Baru aku berniat mengambil sepatuku, terlihat sekilas bayangan seorang wanita yang sangat aku kenal. Aku baru menyadari bahwa itu adalah Fajar. Lucu sekali mengingat namanya, seperti memanggil diriku sendiri. Dia duduk diam memandangi sebuah buku agenda berwarna merah muda. Cantik sekali. Pikiranku yang mulai melantur itu kemudian segera terbuyarkan.

Keesokan harinya aku kembali bertemu dengan kelas geodesi. Kebetulan aku menjadi asisten salah satu mata kuliah yang lebih banyak mengadakan praktek daripada teori. Seperti hari ini, aku ingat sekali. Hari ini adalah kelas wanita misterius itu. Aku sangat penasaran mengenai kehliannya dalam praktek yang biasanya menjadi kelemahan seorang wanita. Anggapanku bahwa pastinya ia akan sulit sekali menyesuaikan diri, juga dengan kepribadian yang begitu anggun itu apakah dia mampu membawa alat-alat geodesi yang begitu menantang? Saat tiba di lab, Fajar itu duduk di paling depan seperti biasa. Ia tak pernah canggung dengan teman-temannya dan begitu pula dengan mereka. Terlihat bahwa mereka sangat menjaga mutiara satu-satunya dalam angkatan mereka. Tak sabar.
Aku menjadi sangat-sangat malu saat menyadari bahwa semua prasangka burukku ternyata tak satupun benar. Wanita ini memang sangat-sangat sesuatu. I think she's special.

Fajar Permata
Hari ini hari pertama aku menginjakan kaki di kampus bukan lagi sebagai mahasiswa TPB, melainkan GD'10. Bukan lagi memakai fakultas FITB melainkan Geodesi dan Geomatika. Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya mengapa aku memilih prod yang justru lebih banyak kaum adamnya daripada kaum hawa sepertiku. Bukan berniat menjadi cewe tomboy atau wanita yang sok cantik di tengah banyak lelaki, aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Hal pertama yang aku pikirkan saat melihat opsi memilih prodi adalah 'Geodesi'. Sesuatu yang berhubungan dengan geospasial, kadaster, survei rekayasa pantai, dll. Semua itu selalu membuatku merinding dan tertawa bahagia. Sebagai salah satu gender minoritas disana, mungkin pernah terbesit rasa takut dalam hati. Tapi tidak, my dream is my destiny. Hal-hal berjalan dengan baik sekali sampai suatu saat.


Hari ini pertama masuk tutorial. Tak sabar melihat asisten yang sering sekali dibicarakan oleh kakak angkatan di IMG, padahal mereka mayoritas adalah pejantan. Asistennya pun pejantan. Tabu. Tak lama kemudian pintu terbuka dan datanglah sesosok pria, asisten. Pertama kali mata dan hatiku sama-sama mengucap, "Subhanallah"
Pantas sekali jika laki-laki itu sangat populer di GD. Matanya yang biru bersinar, alis hitam tebal, hidung yang terbentuk indah, dan bibir yang tipis seperti huruf alif itu benar-benar mengganggu konsentrasiku. Tuhan, aku tau di kelas ini hanya ada satu wanita. Mungkin memang, hanya aku yang akan terganggu konsentrasinya karena melihat lelaki yang sangat tampan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar